![]() |
ilustrasi penyaliban Kristus |
Allah berpadu secara sempurna. Jumat Agung bukan hanya mengenang penderitaan, tetapi merayakan saat di mana Allah, dalam hikmat-Nya, menyatakan keadilan-Nya yang tak bisa diabaikan, dan kasih-Nya yang tak tertandingi, dalam satu peristiwa agung di Kalvari. Salib menjadi titik terang di tengah dunia yang gelap oleh dosa, dan satu-satunya jalan yang dapat memulihkan relasi antara Pencipta dan ciptaan.
Namun, di dunia yang penuh ketidakadilan ini, kita sering bertanya: Di manakah keadilan Allah? Kita menyaksikan penderitaan yang tidak adil, dan banyaknya korban akibat kejahatan. Jika kita tidak memahami salib, kita mungkin akan menganggap belas kasihan Allah sebagai kelalaian terhadap keadilan.
Kita membayangkan Allah sebagai Hakim yang membiarkan pelanggaran tanpa konsekuensi. Tetapi salib membungkam semua tuduhan itu: di sana kita melihat bahwa belas kasihan Allah diberikan bukan dengan mengabaikan keadilan, tetapi dengan memuaskannya di dalam diri Kristus.
Salib bukanlah miskonsepsi keadilan, melainkan pemenuhannya. Keadilan ilahi menuntut hukuman atas dosa, dan kasih ilahi menyediakan Diri-Nya sendiri untuk menanggungnya. Kristus tidak bersalah, namun Ia memilih jalan penderitaan. Ia menjadi korban yang sempurna, Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29). Tidak ada miskalkulasi di sana. Tidak ada kelalaian. Hanya penggenapan sempurna dari rencana penebusan kekal.
Salib adalah momen ketika keadilan dan kasih Allah bersinar secara bersamaan. Salib bukanlah kemenangan salah satu sifat Allah atas yang lain, melainkan pertemuan sempurna antara keduanya. Kasih tanpa keadilan bukanlah kasih Allah, dan keadilan tanpa kasih bukanlah keadilan Allah. Salib adalah bukti bahwa tidak ada yang dikorbankan dalam karakter Allah. Ia tetap benar, sekaligus membenarkan orang berdosa (Roma 3:26).
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21)
Di salib, kita menemukan bahwa pengampunan bukan berarti penghapusan beban secara murah. Pengampunan yang sejati harus dibayar mahal. Dan di Jumat Agung, kita diingatkan bahwa harga itu telah dibayar lunas. Tidak oleh kita, tetapi oleh Dia yang suci dan tidak bercela. Salib Kristus menjadi titik balik sejarah dunia dan hidup manusia. Di sanalah kita melihat bahwa tidak ada konflik antara keadilan dan belas kasihan Allah—keduanya berpadu dalam kasih penebusan.
Salib menantang kita untuk berhenti memandang Allah dengan kecurigaan. Ia bukan hakim yang lalai atau kasih yang sentimental. Ia adalah Allah yang adil dan penuh belas kasihan, dan keduanya direpresentasikan dengan sempurna dalam penderitaan Kristus di Kalvari.
Pada Jumat Agung ini, marilah kita datang dengan hati yang hancur namun penuh syukur. Kita tidak hanya mengenang penderitaan Kristus, tetapi merayakan kasih-Nya yang sanggup memenuhi tuntutan keadilan tanpa mengorbankan satu pun aspek kekudusan-Nya. Keadilan ditegakkan, kasih dicurahkan, dan keselamatan dianugerahkan.
"Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8)
*Referensi:
-
Jen Wilkin, "The Mercy of God Is Not a Miscarriage of Justice", The Gospel Coalition, 2024. https://www.thegospelcoalition.org/article/mercy-god-miscarriage-injustice/
-
Billy Kristanto, "Kemuliaan Kristus: Kasih dan Keadilan-Nya di atas Salib", Buletin Pillar, 2023. https://www.buletinpillar.org/transkrip/kemuliaan-kristus-kasih-dan-keadilan-nya-di-atas-salib
Tidak ada komentar