Beranda
Teknologi
Inovasi atau Mati? Pelajaran Berharga dari Tiga Perusahaan Teknologi yang Pernah Berjaya
Januari 22, 2025

Inovasi atau Mati? Pelajaran Berharga dari Tiga Perusahaan Teknologi yang Pernah Berjaya

Di dunia teknologi, perubahan merupakan keniscayaan. Nama-nama besar seperti Kodak, Nokia, dan BlackBerry pernah mendominasi pasar global. Kodak menjadi simbol kehebatan dalam dunia fotografi, Nokia adalah pemimpin pasar ponsel global, dan BlackBerry mewakili produktivitas dengan keamanan data yang luar biasa. Namun, kejayaan mereka tidak bertahan lama. Ketiga perusahaan ini menghadapi tantangan besar ketika inovasi teknologi mengubah dinamika pasar secara dramatis.

Kali ini kita akan belajar dari tiga raksasa teknologi—bagaimana mereka naik ke puncak, apa yang menyebabkan kejatuhan mereka, dan mengapa hanya BlackBerry yang berhasil melakukan transformasi bisnis. Analisis ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya inovasi dan adaptasi di era disrupsi.

Logo Kodak, Nokia, BlackBerry - Foto www.linkedin.com

Kodak: Sang Raja yang Jatuh

"Anda menekan tombol, kami melakukan sisanya." Slogan ini mencerminkan misi Kodak untuk membuat fotografi mudah diakses oleh semua orang. Didirikan pada tahun 1888 oleh George Eastman, Kodak menguasai pasar fotografi dengan produk revolusioner seperti film rol¹ dan kamera genggam. Pada puncak kejayaannya, Kodak tidak hanya melayani konsumen rumah tangga tetapi juga industri medis, militer, dan perfilman.

Namun, Kodak terjebak dalam model bisnis yang terlalu bergantung pada penjualan film fotografi. Pada 1975, insinyur Kodak, Steve Sasson, menciptakan kamera digital pertama di dunia. Namun, manajemen memilih untuk mengabaikan inovasi ini karena takut akan merusak bisnis film mereka yang menguntungkan. Akibatnya, ketika kamera digital mulai menguasai pasar, Kodak terlambat beradaptasi.

Pada awal 2000-an, permintaan film fotografi menurun drastis. Ponsel berkamera yang lebih praktis dan murah menggeser kebutuhan akan kamera tradisional. Ketidakmampuan Kodak untuk beradaptasi dengan tren baru membuat mereka mengajukan kebangkrutan pada tahun 2012.

Nokia: Raksasa Ponsel yang Kehilangan Arah

Berawal sebagai pabrik kertas di tahun 1865, Nokia berkembang menjadi perusahaan teknologi terkemuka. Pada 1990-an, Nokia mendominasi pasar ponsel global dengan produk seperti Nokia 3310 yang dikenal tangguh dan andal. Perusahaan asal Finlandia ini memimpin pasar dengan desain inovatif, distribusi luas, serta reputasi sebagai merek terpercaya.

Namun, dominasi Nokia mulai runtuh saat Apple memperkenalkan iPhone pada tahun 2007. Nokia tetap bertahan dengan Symbian OS yang dianggap sudah usang dan gagal memenuhi ekspektasi pengguna modern yang menginginkan layar sentuh penuh dan ekosistem aplikasi yang kaya. Usaha Nokia untuk memperkenalkan sistem operasi baru seperti MeeGo terlambat dan tidak efektif.

Pada 2013, Nokia menjual divisi ponselnya kepada Microsoft. Namun, kolaborasi dengan Microsoft melalui Windows Phone tidak mampu menandingi dominasi Android dan iOS.— Saya pernah memiliki Windows Phone, dan secara pribadi saya suka OSnya tapi sayang tidak dikembangkan dan akhirnya mati.— Meskipun merek Nokia hidup kembali melalui HMD Global dengan produk berbasis Android, kekuatannya di pasar sudah jauh berkurang dibandingkan era kejayaannya.

BlackBerry: Transformasi Berani Melakukan Pivot²

BlackBerry, yang dikembangkan oleh Research In Motion (RIM), adalah simbol produktivitas di awal tahun 2000-an. Perangkat ini menjadi pilihan utama di dunia bisnis dan pemerintahan berkat layanan push email yang aman dan keyboard fisik QWERTY yang nyaman. Namun, seperti Kodak dan Nokia, BlackBerry meremehkan dampak revolusi layar sentuh yang dipicu oleh iPhone.

Ketika pasar bergerak menuju perangkat layar sentuh dengan ekosistem aplikasi yang luas, BlackBerry gagal merespons dengan cepat. Model layar sentuh mereka, seperti BlackBerry Storm, tidak mampu bersaing. Ekosistem aplikasi mereka juga tertinggal jauh dibandingkan App Store dan Google Play.

Namun, BlackBerry mengambil langkah drastis untuk bertahan. Pada 2016, mereka berhenti memproduksi perangkat keras dan berfokus pada perangkat lunak serta keamanan siber. Akuisisi perusahaan keamanan siber Cylance dan pengembangan platform QNX untuk industri otomotif membuktikan keberhasilan strategi ini. Kini, BlackBerry menjadi pemimpin di sektor keamanan siber dan Internet of Things (IoT)³, meskipun perannya di pasar konsumen⁴ telah berakhir.

Mengapa Kodak dan Nokia Gagal, tetapi BlackBerry Bertahan?

1. Ketakutan terhadap Perubahan Kodak dan Nokia terjebak dalam zona nyaman. Kodak takut bahwa kamera digital akan mengancam bisnis film mereka, sementara Nokia terlalu percaya diri dengan dominasinya dan gagal mengantisipasi dampak dari kehadiran smartphone.

2. Keterlambatan Inovasi Baik Kodak maupun Nokia lambat dalam meluncurkan produk yang relevan dengan tren pasar. Mereka tidak cukup cepat dalam mengadaptasi model bisnis mereka untuk menghadapi disrupsi⁵.

3. BlackBerry dan Keberanian untuk Bertransformasi Meskipun BlackBerry juga terlambat merespons revolusi layar sentuh, mereka berhasil mengubah fokus bisnisnya ke perangkat lunak dan layanan keamanan. Keputusan ini menunjukkan bahwa keberanian untuk berubah adalah kunci untuk bertahan.

Pelajaran untuk Masa Depan

  1. Adaptasi adalah Kunci Perusahaan harus siap mengorbankan bisnis lama untuk menyambut peluang baru. Fleksibilitas dalam menghadapi perubahan teknologi adalah syarat mutlak untuk bertahan.

  2. Fokus pada Inovasi Inovasi bukan hanya soal menciptakan teknologi baru, tetapi juga memahami kebutuhan pasar dan memberikan solusi yang relevan.

  3. Transformasi yang Berani BlackBerry menunjukkan bahwa keberanian untuk meninggalkan identitas lama dan memasuki pasar baru dapat menyelamatkan perusahaan di tengah tantangan.

Penutup

Kisah Kodak, Nokia, dan BlackBerry memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya inovasi dan adaptasi dalam menghadapi perubahan teknologi. Kodak dan Nokia adalah contoh bagaimana kegagalan membaca tren dapat menyebabkan kejatuhan, sementara BlackBerry menunjukkan bahwa transformasi yang berani dapat membawa perusahaan ke jalur baru yang sukses.

Di era Revolusi Industri 4.0⁶, perubahan adalah sesuatu yang tak terelakkan. Perusahaan dan individu yang ingin bertahan harus siap beradaptasi dan terus belajar. Seperti kata pepatah, "beradaptasi atau tersingkir." Dunia tidak akan menunggu mereka yang enggan berubah.

Keterangan istilah:
¹ Film rol adalah media berbentuk gulungan yang digunakan untuk merekam gambar atau video. Biasanya terbuat dari bahan plastik tipis yang dilapisi dengan lapisan fotosensitif (emulsi) yang dapat menangkap cahaya. Film rol digunakan pada kamera analog untuk menghasilkan gambar melalui proses pemaparan cahaya ke lapisan fotosensitif tersebut. Setelah itu, gambar yang direkam pada film harus melalui proses pencucian (developing) agar menjadi gambar yang bisa dilihat. Film rol memiliki beberapa format, seperti 35mm, 120mm (medium format), atau large format, yang masing-masing digunakan untuk kebutuhan fotografi atau sinematografi yang berbeda.
² Pivot adalah istilah (dalam bisnis) yang digunakan untuk menggambarkan perubahan strategi atau model bisnis perusahaan untuk menghadapi tantangan, peluang baru, atau perubahan pasar yang signifikan. Pivot biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah seperti penurunan pendapatan, kegagalan produk, atau kurangnya permintaan dari konsumen terhadap penawaran yang ada.
³ Internet of Things (IoT) adalah konsep di mana perangkat fisik yang dilengkapi dengan sensor, perangkat lunak, dan teknologi lain saling terhubung melalui internet untuk mengumpulkan, berbagi, dan bertukar data secara otomatis. IoT memungkinkan berbagai perangkat, mulai dari peralatan rumah tangga hingga mesin industri, untuk "berkomunikasi" satu sama lain dan bekerja secara cerdas tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
 Pasar konsumen adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pasar yang terdiri dari individu atau rumah tangga yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri, bukan untuk dijual kembali atau digunakan dalam produksi barang atau jasa lain.
 Disrupsi adalah suatu kondisi atau proses di mana perubahan besar terjadi secara mendadak, mengganggu atau menggantikan cara kerja, pola, atau struktur yang sudah ada sebelumnya. Istilah ini sering dikaitkan dengan inovasi teknologi atau perubahan sosial yang mengubah tatanan lama dan menciptakan cara baru yang lebih efisien, efektif, atau relevan.
 Revolusi Industri 4.0 adalah transformasi besar dalam dunia industri yang ditandai dengan integrasi teknologi digital, kecerdasan buatan (AI), dan Internet of Things (IoT) ke dalam proses produksi dan kehidupan sehari-hari. Istilah ini mencerminkan era baru yang menggabungkan teknologi fisik, digital, dan biologis untuk menciptakan sistem yang lebih cerdas, otomatis, dan efisien.

👉  Konten ini dibuat berdasarkan ide dari penulis, dan dikembangkan menjadi sebuah artikel menggunakan bantuan Ai Chat-GPT, dan telah melalui proses editing oleh CXFranklin.

Tidak ada komentar