Beranda
Teknologi
Waspada Rekayasa Sosial: Lindungi Diri Anda dari Penipuan Online
Mei 07, 2024

Waspada Rekayasa Sosial: Lindungi Diri Anda dari Penipuan Online

Belum lama ini, tepatnya di bulan April 2024 Kompas TV memberitakan ada seorang bernama Ni Luh Putu Rustini, mengaku kehilangan uang puluhan juta rupiah yang dia tabung di BRI. Didampingi kuasa hukumnya, Rubia Siang, menceritakan kronologis hilangnya uang senilai 36 juta rupiah lebih, yang disimpan di rekening tabungan BRI. Wanita yang bekerja sebagai baby sitter ini, memutuskan menyimpan uang hasil jerih payahnya bekerja, di bank milik negara, BRI. Namun saat akan melakukan transaksi untuk keperluan membeli bahan bangunan untuk membuat rumah, tiba-tiba saldo rekening tabunganya hanya tersisa 800 ribu saja. Pihak BRI sudah melakukan investigasi atas kasus ini dan mengatakan sangat menyesalkan kejadian tersebut dimana ybs merupakan korban tindak kejahatan penipuan online atau social engineering (rekayasa sosial).*

Ilustrasi, seseorang yang bersedih karena,
menjadi korban penipuan online | Bing Ai

Di era digital ini, kita semua terhubung dengan internet. Hal ini membawa banyak kemudahan, namun juga membuka peluang bagi para penjahat untuk melakukan tindakan kriminal. Salah satu modus yang marak terjadi adalah rekayasa sosial.

Rekayasa sosial adalah bentuk penipuan yang memanfaatkan psikologi manusia untuk memanipulasi korban. Penipu akan membuat skenario palsu untuk mendapatkan kepercayaan korban, dan kemudian menipu mereka agar memberikan informasi sensitif atau melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain.

Bagaimana cara kerja rekayasa sosial?

Penipu biasanya menggunakan berbagai teknik untuk menipu korbannya, seperti:

Phishing: Mengirim email atau pesan teks yang tampak seperti berasal dari organisasi terpercaya, seperti bank atau perusahaan teknologi, untuk menipu korban agar mengungkapkan informasi sensitif.

Spear phishing: Menargetkan individu tertentu dengan email atau pesan teks yang dipersonalisasi agar terlihat lebih meyakinkan.

Smishing: Mengirim pesan teks yang berisi tautan berbahaya atau meminta informasi pribadi.

Vishing: Melakukan panggilan telepon yang menyamar sebagai perwakilan dari organisasi terpercaya untuk mendapatkan informasi sensitif.

Baiting: Menawarkan sesuatu yang berharga, seperti hadiah gratis atau diskon, untuk memancing korban agar mengklik tautan berbahaya atau mengunduh file yang terinfeksi malware.

Pretexting: Menciptakan skenario palsu untuk mendapatkan kepercayaan korban dan kemudian meminta informasi sensitif.

Quid pro quo: Menawarkan sesuatu yang berharga sebagai imbalan atas informasi sensitif.

Siapa yang menjadi sasaran rekayasa sosial?

Siapa pun bisa menjadi korban rekayasa sosial, tetapi beberapa kelompok lebih rentan daripada yang lain, seperti:

Lansia: Lansia mungkin kurang terbiasa dengan teknologi dan mungkin lebih mudah tertipu oleh taktik rekayasa sosial.

Karyawan: Karyawan mungkin memiliki akses ke informasi sensitif perusahaan dan mungkin menjadi target serangan phishing atau spear phishing.

Pengguna internet biasa: Pengguna internet biasa mungkin tidak mengetahui tentang ancaman rekayasa sosial dan mungkin lebih mudah mengklik tautan berbahaya atau mengunduh file yang terinfeksi malware.

Bagaimana melindungi diri dari rekayasa sosial?

Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk melindungi diri dari rekayasa sosial, seperti:

Berhati-hatilah dengan email dan pesan teks yang tidak dikenal: Jangan pernah mengklik tautan atau membuka lampiran dari email atau pesan teks yang tidak dikenal.

Periksa alamat email dan situs web dengan cermat: Pastikan alamat email dan situs web yang Anda kunjungi sesuai dengan organisasi yang mereka klaim.

Gunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun: Jangan gunakan kata sandi yang sama untuk beberapa akun.

Aktifkan autentikasi dua faktor: Autentikasi dua faktor menambahkan lapisan keamanan tambahan ke akun Anda dengan meminta kode verifikasi selain kata sandi Anda saat Anda masuk.

Berhati-hatilah dengan apa yang Anda bagikan di media sosial: Jangan membagikan informasi pribadi, seperti alamat rumah atau nomor telepon Anda, di media sosial.

Perbarui perangkat lunak Anda secara teratur: Perangkat lunak yang kedaluwarsa mungkin berisi kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh penjahat cyber.

Laporkan serangan rekayasa sosial: Jika Anda menjadi korban serangan rekayasa sosial, laporkan ke pihak terkait, hubungi lembaga hukum, untuk memberikan pendampingan hukum seperti yang dilakukan Ni Luh Putu Rustini atau hubungi polisi.

Kesimpulan

Rekayasa sosial adalah ancaman serius yang dapat menyebabkan kerugian finansial dan reputasi yang signifikan. Kiranya informasi di atas, dapat membantu Anda untuk melindungi diri dari menjadi korban serangan rekayasa sosial ini.

Mari kita bersama-sama cegah rekayasa sosial! Bagikan informasi ini kepada orang-orang di sekitar Anda agar mereka juga dapat terhindar dari penipuan online.

⎻⎻⎻⎻⎻⎻⎻⎻⎻⎻

* Kutipan berita Kompas TV - https://youtu.be/8rBDcoETP_A?si=gay_Dd3VzoRWxb0R
⎻ Konten ini dikembangkan oleh Ai (Gemini) dan telah melalui proses editing oleh CXFranklin.

13 komentar

  1. Alfa Anisa
    Alfa Anisa
    25 Mei 2024 pukul 15.39
    Ngeri juga ya, jaman digital serba dipermudah, tapi juga banyak hal yang harus kita waspadai. Makanya aku sekarang jarang angkat telpon kalau nomer tak dikenal, karena nnggak disadari banyak telpon palsu.
  2. lylamanzila
    lylamanzila
    22 Mei 2024 pukul 08.17
    Termasuk harus hati hati kalo isi job dari mg karena kan ada masukin nomor wa dan alamat....harus dipastikan bener bener nantinya tidak disalahgunakan
  3. Manda Dea
    Manda Dea
    19 Mei 2024 pukul 16.49
    Saya pernah beberapa kali melalui telf alhamdulillah tidak sampai dan jangan sampai kena tipu, berbeda dengan ibu saya yang juga pernah tertipu melalui hipnotis
  4. Alfia D. Masyitoh
    Alfia D. Masyitoh
    18 Mei 2024 pukul 15.23
    Kalau baca-baca kasus sosial engineering begini cuma bisa prihatin, sambil berdoa semoga hal seperti itu tidak terjadi pada diri sendiri dan tidak memakan korban lagi. Sejak banyak kasus kayak gini, aku pribadi jadi lebih hati-hati, bener-bener berusaha menjaga privasi data personal, nggak sembarangan percaya sama chat orang dll. Ngeri banget, sampe nggak bisa berkata-kata, kok ada orang yang tega memakai teknologi buat kejahatan. Duniaaa duniaa...
  5. sudutpandangnovita
    sudutpandangnovita
    17 Mei 2024 pukul 03.31
    ngeri sih jaman sekarang, lagi marak juga phishing kemaren-kemaren ini dilingkunganku. Harus semakin waspada, benar-benar berhati-hati.
  6. Andri From Creativism
    Andri From Creativism
    16 Mei 2024 pukul 21.38
    Di mana pun kita berada, kita harus aware terhadap masalah keamanan data. Jangan sampai ada celah untuk hacker menerobos sistem kita. Sharing apa yang penting.
  7. Andri Marza
    Andri Marza
    16 Mei 2024 pukul 20.59
    Meskipun terkesan remeh, tetapi social engineering inilah materi yang bakal pertama kali kamu pelajari jika masuk jurusan Komputer di mata kuilah keamanan komputer. Kunci daripada keberhasilan social engineering ini cuma 2. Yakni menunggu korbannya lengah dan bagaimana si pengumpul data bisa memanfaatkan data yang ada untuk buat kondisi mencekam serta menyerang untuk si korban.
  8. Ang Tek Khun
    Ang Tek Khun
    16 Mei 2024 pukul 17.26
    Paling ngeri bagi saya yang satu ini, yaitu lewat telepon. Biasanya kita langsung angkat karena menganggap penting.
  9. Tulisan MQ
    Tulisan MQ
    16 Mei 2024 pukul 11.58
    Zaman sekarang lagi marak banget penipuan bermodus rekayasa sosial yang banyak jenisnya ini. Sebagai pengguna internet yang pintar, kita harus bijak menyikapi berbagai kemungkinan yang terjadi. Jangan sampai menyesal kemudian.
  10. Wahyu Suwarsi
    Wahyu Suwarsi
    15 Mei 2024 pukul 22.36
    Teknologi makin canggih, sehingga kita sebagai masyarakat awam pengguna internet harus hati-hati terutama para lansia juga. Terima kasih infonya kak.
  11. Tampilkan selengkapnya
  12. Mutia Erlisa Karamoy
    Mutia Erlisa Karamoy
    15 Mei 2024 pukul 10.49
    Iya nih sekarang banyak banget link-link yang dikirim dengan metode personal dan mengundang rasa penasaran penerimanya, kayak link undangan pernikahan online dsb. Makin hari harus makin berhati-hati, apalagi tidak semua orang memahami cara mengecek apakah link tersebut aman atau tidak.
  13. Vicky Cahyagi
    Vicky Cahyagi
    14 Mei 2024 pukul 13.08
    Semakin waspada terhadap phishing dan peretasan akun, kejahatan muncul akibat adanya kecerobohan korbannya. Thx infonya
  14. Vicky Cahyagi
    Vicky Cahyagi
    14 Mei 2024 pukul 13.03
    Terima kasih ilmunya. Yang paling saya waspadai adalah phishing. Jangan sembarangan klik tautan yang mencurigakan. Bahkan sekarang tautan pun semakin meyakinkan ada tautan undangan pernikahan misalnya. Di samping rekening bank, akun medsos pun harus dijaga keamanannya, sampai sekarang saya masih ragu beli followers takut di-suspend pihak Ig atau khawatir diretas oleh hacker jahat (cracker). Betul autentikasi 2 faktor menjadi salah satu solusinya