Belakangan, linimasa media sosial ramai dengan keluhan: “Windows 11 berat!” atau “Laptop gue jadi lemot sejak upgrade!” Meme-meme yang menggambarkan frustrasi pengguna pun bermunculan. Tapi apakah benar Windows 11 seburuk itu?
Atau justru kita yang memaksa sistem operasi modern berjalan di mesin yang sudah lelah?
![]() |
| Windows Desktop | Gambar: wikipedia.org |
1. Bukan Salah Windows 11 Semata
Windows 11 memang lahir dalam konteks berbeda. Saat dirilis pada 2021, dunia komputasi sudah memasuki era prosesor generasi ke-11, memori DDR5, dan TPM 2.0 sebagai standar keamanan baru. Artinya, sistem ini memang dirancang untuk masa depan — bukan untuk laptop yang lahir di era Windows 7.
Secara teori, syarat minimalnya terdengar ringan: prosesor dua inti 1 GHz, RAM 4 GB, dan ruang penyimpanan 64 GB. Namun dalam praktik, Microsoft hanya mendukung prosesor Intel Gen-8 dan Ryzen 2000 ke atas. Artinya, jika perangkat kamu lebih tua dari itu, sistem tetap bisa diinstal — tapi tidak dijamin stabil. Banyak yang memaksa, lalu kecewa ketika performa tidak sesuai ekspektasi.
2. “Berat” Itu Relatif
Sebutan “berat” sering kali lahir dari perbandingan. Bagi pengguna Windows 7 atau 10, tampilan dan animasi Windows 11 jelas terasa lebih padat. Sistem ini membawa Snap Layouts, Widgets, Microsoft Store versi baru, hingga integrasi keamanan berlapis. Semua fitur ini memakan sumber daya — terutama RAM dan CPU.
Tapi di sisi lain, pengguna dengan perangkat baru justru mengaku Windows 11 terasa lebih mulus dan stabil. Jadi, apakah Windows 11 lambat? Tidak juga. Ia hanya jujur terhadap spesifikasi: jika mesin kamu sudah tua, performa akan terasa berat. Jika mesin kamu modern, sistem ini bekerja optimal.
3. Lima Langkah Realistis Membuatnya Lebih Kencang
Berdasarkan panduan kanal Youtube TechAndTips, ada lima hal sederhana namun efektif untuk memulihkan kelincahan Windows 11 — terutama bagi kamu yang belum siap mengganti perangkat:
-
Bersihkan bloatware.
Setelah instalasi, Windows 11 penuh aplikasi bawaan yang jarang terpakai seperti Cortana, Feedback Hub, atau Movies & TV. Hapus aplikasi semacam ini agar sistem punya ruang napas lebih lega. -
Nonaktifkan program yang berjalan saat startup.
Banyak aplikasi merasa penting dan ingin langsung aktif ketika Windows menyala — dari Steam sampai Epic Games. Hasilnya, booting jadi dua menit padahal mestinya cukup 30 detik. Atur lewat Task Manager → Startup Apps. -
Pisahkan drive sistem dan data.
Idealnya, drive C hanya diisi Windows dan program kerja utama. Simpan dokumen, game, dan file besar di drive D atau E agar drive sistem tidak cepat penuh dan lambat. -
Gunakan mode High Performance (dengan bijak).
Mode ini memaksa CPU bekerja maksimal, tetapi konsumsi daya pun meningkat. Cocok untuk PC desktop, namun kurang ideal untuk laptop yang mengandalkan baterai. -
Matikan efek visual jika benar-benar perlu.
Efek transisi dan transparansi memang membuat Windows 11 tampak elegan. Tapi di perangkat terbatas, mematikannya dapat memberi sedikit napas tambahan.
Hanya saja, bersiaplah: tampilannya jadi mirip Windows 98 — cepat, tapi kaku.
Kelima langkah ini tidak akan mengubah Ryzen 3 menjadi Ryzen 5, tetapi cukup membuat sistem lebih responsif dan efisien dalam pemakaian harian.
4. Masalahnya Ada di Antara Teknologi dan Kebiasaan
Banyak keluhan terhadap Windows 11 bukan hanya soal performa, tetapi soal adaptasi.
Microsoft mengubah banyak hal: pengaturan aplikasi default, tata letak menu, hingga sistem keamanan berbasis TPM. Bagi pengguna lama, semua terasa asing dan lambat — padahal sistem sedang menyesuaikan diri untuk keamanan dan kompatibilitas masa depan.
Sama seperti transisi dari Windows XP ke 7 dulu, fase penyesuaian memang penuh keluhan. Tapi seiring pembaruan rutin seperti Windows 11 24H2, bug dan ketidakefisienan mulai dibereskan.
Kini, banyak pengguna justru memuji stabilitasnya dibandingkan tahun pertama rilis.
5. Jadi, Haruskah Kita Bertahan atau Turun Kelas?
Kalau perangkat yang kamu pakai sudah berusia lebih dari tujuh tahun dan masih menggunakan HDD, barangkali Windows 10 memang lebih realistis. Tapi jika kamu memakai SSD dan prosesor modern, bertahan di Windows 11 jauh lebih masuk akal. Sistem ini adalah fondasi masa depan Windows — dengan keamanan yang lebih kuat, manajemen daya yang lebih cerdas, dan desain antarmuka yang selangkah lebih modern. Pada akhirnya, persoalan “lambat” bukan cuma soal software, tapi juga soal kesiapan hardware dan kebiasaan kita sendiri.
Bagaimana dengan pengalaman kamu sendiri? Apakah Windows 11 terasa lebih berat, atau justru lebih mulus setelah beberapa penyesuaian? Silakan bagikan pendapat, tips, atau bahkan keluhan kamu di kolom komentar — siapa tahu pengalaman kamu bisa membantu pengguna lain yang sedang mengalami hal serupa. Semoga artikel ini bermanfaat dan membuat harimu bersama Windows jadi sedikit lebih cepat dan menyenangkan! O ia, Saya tidak menerima bayaran dari Microsoft untuk membuat konten ini. Saya pengguna OS Windows, dan ini sebagai konten pembelajaran bagi saya pribadi 😁

Tidak ada komentar