Pekerjaan sering kali dianggap sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup, semata-mata untuk mencari nafkah, membayar tagihan, dan mencukupi kebutuhan keluarga. Namun, dalam perspektif iman Kristen, pekerjaan memiliki dimensi spiritual yang jauh lebih dalam. Kita tidak hanya dipanggil untuk bekerja agar bertahan hidup, tetapi juga untuk menyatakan kemuliaan Tuhan melalui setiap aktivitas profesional yang kita lakukan. Kolose 3:23-24 mengajarkan, "Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuan dan kamu hamba-Nya." Ayat ini menegaskan bahwa setiap tugas yang kita kerjakan seharusnya dilakukan dengan sepenuh hati, dengan sikap hormat dan pengabdian, seolah-olah kita melakukannya untuk Tuhan sendiri.
![]() |
ilustrasi: seorang karyawan menghadapi dilema etis saat mendapat perintah atasan. Image: Grok AI |
Integritas Dalam Pekerjaan
Integritas berarti hidup selaras antara keyakinan dan perbuatan, antara perkataan dan tindakan. Ini adalah kualitas yang jarang tetapi sangat penting di tengah budaya kerja yang sering kali mengedepankan pencapaian hasil dengan mengorbankan etika. Dalam konteks pekerjaan, integritas berarti bekerja dengan jujur, dapat dipercaya, konsisten, dan bertanggung jawab meskipun tidak ada pengawasan langsung. Dalam sebuah renungan harian dari SABDA, ditekankan bahwa kejujuran adalah salah satu fondasi utama hidup yang benar di hadapan Allah. Hukum dalam Perjanjian Lama mengatakan, "Neraca yang betul, batu timbangan yang betul ... haruslah kamu pakai; Akulah Tuhan, Allahmu ..." (baca, Imamat 19:36). Dalam terang Perjanjian Baru, kita menemukan seruan untuk hidup dalam kebenaran dan menjauhkan diri dari tipu daya. Efesus 4:25-28 menasihati kita untuk membuang dusta dan berkata benar seorang kepada yang lain. Orang yang telah ditebus oleh Kristus dipanggil untuk hidup berbeda, termasuk dalam integritas pekerjaan.
Orang yang telah ditebus oleh Kristus dipanggil untuk hidup berbeda, termasuk dalam integritas pekerjaan.
Kejujuran Sebagai Cerminan dari Iman
Kejujuran bukan sekadar sikap moral, tetapi adalah ekspresi dari iman yang sejati. Seorang pekerja Kristen yang jujur menunjukkan bahwa ia mempercayakan hidupnya kepada Tuhan, bukan kepada taktik manipulatif atau akal-akalan dunia. Kolose 3:23 tadi di atas mengingatkan kita bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan segenap hati kepada Tuhan adalah bentuk nyata dari ibadah. Kita tidak bekerja hanya untuk menyenangkan atasan atau klien, tetapi karena kita sadar bahwa Tuhan adalah saksi dan penerima utama dari setiap tindakan kita. Dengan memberikan yang terbaik dalam pekerjaan—meskipun hasilnya mungkin tidak langsung dihargai oleh manusia—kita sedang menanam benih kesaksian yang hidup dan murni.
Dengan memberikan yang terbaik dalam pekerjaan—meskipun hasilnya mungkin tidak langsung dihargai oleh manusia—kita sedang menanam benih kesaksian yang hidup dan murni.
Dedikasi Sebagai Bentuk Ibadah
Dedikasi dalam pekerjaan tidak hanya berarti kerja keras secara fisik, tetapi juga komitmen emosional, spiritual, dan moral terhadap tugas yang dipercayakan. Paulus dalam Kolose 3:22 mendorong jemaat untuk menaati tuan mereka dengan tulus hati, bukan dengan pura-pura atau mencari muka, melainkan dengan sikap yang lahir dari rasa takut akan Tuhan. Ini berarti dedikasi bukan soal jam kerja panjang atau target ambisius, melainkan kesetiaan dan semangat melayani yang lahir dari relasi pribadi dengan Tuhan. Ketika seseorang bekerja dengan penuh kasih, tanggung jawab, dan semangat, ia sedang mempersembahkan pekerjaannya sebagai korban yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah (Roma 12:1).
Bagaimana Menghadapi Atasan yang Tidak Etis?
Namun, tidak semua tempat kerja menawarkan suasana yang mendukung nilai-nilai kebenaran yang sesuai firman Tuhan. Banyak orang Kristen harus menghadapi kenyataan bahwa atasan mereka menuntut praktik-praktik yang bertentangan dengan hati nurani mereka. Dalam situasi seperti ini, bagaimana seharusnya kita bersikap? Kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dalam Daniel 3:18 memberi inspirasi luar biasa. Mereka memilih untuk tidak tunduk pada perintah raja yang melanggar iman mereka, meskipun konsekuensinya adalah hukuman mati. Mereka berkata, "Kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Ini bukan sekadar kisah keberanian, melainkan teladan tentang bagaimana iman yang teguh membentuk keputusan moral dalam tekanan besar.
Tentu saja, kita juga harus realistis: tidak semua orang memiliki pilihan untuk langsung keluar dari pekerjaan ketika dilema moral muncul. Terkadang, pekerjaan tersebut menjadi satu-satunya sumber penghasilan keluarga. Dalam situasi seperti ini, hikmat menjadi kunci. Firman Tuhan mengajar kita untuk mencari Kerajaan Allah terlebih dahulu (Matius 6:33) dan percaya bahwa Tuhan sanggup menyediakan. Ini bukan seruan untuk nekat, melainkan ajakan untuk menimbang secara rohani dan bijak. Kita perlu membawa keputusan kita ke dalam doa, minta pertolongan dari komunitas di gereja kita, berdiskusi dengan hamba Tuhan (Pendeta), dan jika mungkin, mencari alternatif pekerjaan sambil tetap menjaga hati nurani dan kesaksian iman kita. Terkadang, Tuhan tidak langsung membuka pintu keluar, tetapi memberi kekuatan untuk bertahan dalam kesulitan sambil menjaga integritas.
Terkadang, Tuhan tidak langsung membuka pintu keluar, tetapi memberi kekuatan untuk bertahan dalam kesulitan sambil menjaga integritas.
Bekerja Sebagai Bentuk Pelayanan Kepada Tuhan
Pekerjaan bukanlah sekadar rutinitas duniawi. Bagi orang percaya, pekerjaan adalah ladang pelayanan. Entah kita seorang guru, ibu rumah tangga, pemilik toko, karyawan bank, atau pekerja seni, semua bentuk pekerjaan dapat menjadi perpanjangan dari karya Allah di dunia ini. Dalam buku "Every Good Endeavor" karya Timothy Keller, dikatakan bahwa pekerjaan adalah cara untuk berpartisipasi dalam pekerjaan penciptaan Allah. Ini berarti tempat kerja kita adalah altar di mana kita mempersembahkan karya kita kepada Tuhan. Kesaksian dan kasih dapat terpancar melalui etos kerja yang baik, ketekunan, dan semangat pelayanan dalam hal-hal yang kecil maupun besar.
Penutup
Ketika bekerja dengan integritas, kejujuran, dan dedikasi, kita tidak hanya memenuhi tanggung jawab profesional, tetapi juga menegaskan identitas kita sebagai murid Kristus. Setiap tugas, sekecil apa pun, bisa menjadi bentuk ibadah jika dilakukan dengan hati yang terarah kepada Tuhan. Dunia membutuhkan lebih banyak orang percaya yang menjadikan tempat kerja sebagai ladang misi—yang bekerja bukan hanya untuk gaji, tetapi untuk kemuliaan Tuhan. Ketika pekerjaan dijalani dengan semangat pelayanan, maka kita telah mentransformasi rutinitas menjadi ibadah sejati, dan pekerjaan kita menjadi kesaksian hidup yang memuliakan nama Tuhan.
Referensi:
-
Kolose 3:22-24 TB
-
Imamat 19:36 TB
-
Efesus 4:25-28 TB
-
Daniel 3:18 TB
-
Matius 6:33 TB
-
Roma 12:1 TB
-
Renungan harian dan ilustrasi dari sabda.org
-
Wawasan dari buletinpillar.org dan repository.seabs.ac.id
-
Keller, Timothy. Every Good Endeavor: Connecting Your Work to God’s Work
Tidak ada komentar