Beranda
CXF BLOG
Kristen
Lifestyle
Opini
Otomotif
Doa Sebelum Melakukan Perjalanan
Februari 05, 2025

Doa Sebelum Melakukan Perjalanan

"Saya tidak pernah berdoa agar selamat dalam perjalanan. Saya berdoa agar dapat belajar menikmati perjalanan, apa pun yang terjadi." – Pdt. David Tong

Kalimat ini saya kutip dari akun Facebook Pdt. David Tong, seorang hamba Tuhan yang melayani di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), serta menjabat sebagai Rektor di Calvin Institute of Technology (CIT). Ia juga dikenal sebagai anak dari Pdt. Stephen Tong. Ungkapan ini begitu unik dan inspiratif, sehingga mengundang rasa ingin tahu dan mendorong saya untuk merenungkan makna di baliknya.

Kebanyakan orang, termasuk saya, sebelum melakukan perjalanan, akan berdoa agar Tuhan melindungi kita dari bahaya, memberikan cuaca yang baik, dan memastikan kita tiba di tujuan dengan selamat. Namun, pernyataan Pdt. David Tong justru menawarkan cara pandang yang berbeda: berdoa bukan untuk keselamatan, tetapi untuk dapat menikmati perjalanan itu sendiri. Apa makna yang lebih dalam dari sikap ini? Bagaimana Alkitab mengajarkan kita tentang berserah dalam perjalanan hidup?

Ilustrasi: Doa keluarga sebelum memulai perjalanan

1. Doa Sebelum Perjalanan: Tradisi yang Wajar

Berdoa sebelum bepergian adalah kebiasaan yang umum bagi kita orang Indonesia, semua orang beragama lazimnya akan berbuat demikian. Kita biasanya akan memanjatkan doa seperti ini:

“Tuhan, lindungilah kami dalam perjalanan ini, jauhkan kami dari kecelakaan dan marabahaya. Bawalah kami tiba dengan selamat di tujuan kami.”

Doa ini tentu tidak salah. Bahkan, Alkitab sendiri memberikan banyak contoh tentang perlindungan Tuhan atas umat-Nya Israel. Dalam Mazmur 121, kita bisa melihat bagaimana pemazmur menyatakan "dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." Mazmur 121 merupakan nyanyian ziarah yang dinyanyikan oleh umat Israel saat mereka berjalan menuju Yerusalem untuk beribadah di Bait Allah. 

Namun, apakah tujuan utama doa sebelum perjalanan hanya sebatas meminta keselamatan? Ataukah ada aspek yang lebih mendalam tentang bagaimana kita memahami perjalanan, baik secara fisik maupun spiritual?

2. Menikmati Perjalanan Dalam Perspektif Iman

Ketika Pdt. David Tong mengatakan bahwa ia tidak berdoa agar selamat dalam perjalanan, tetapi agar bisa menikmatinya, hal ini mencerminkan pemahaman bahwa hidup itu sendiri adalah sebuah perjalanan. Perjalanan bukan hanya tentang tujuan akhir, tetapi juga tentang bagaimana kita mengalami setiap momen di dalamnya.

Dalam Yakobus 4:13-17 (TB2), kita diajarkan untuk memiliki sikap yang berserah, jangan egois:

13 Jadi, sekarang, kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung," 14 sedangkan kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 15 Sebenarnya kamu harus berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." 16 Namun sekarang kamu memegahkan diri dalam kecongkakanmu, dan semua kemegahan yang demikian itu jahat. 17 Jadi, jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.’”

Bagian ini mengajarkan tentang ketidakpastian hidup dan pentingnya berserah kepada Tuhan dalam setiap rencana yang kita buat. Ayat ini menegaskan bahwa manusia sering kali merancang berbagai hal untuk masa depan, tetapi pada akhirnya, hanya Tuhan yang memiliki kendali penuh atas kehidupan.

perspektif ini selaras dengan gagasannya bahwa doa sebelum perjalanan seharusnya bukan hanya tentang meminta keselamatan, tetapi juga tentang menerima perjalanan sebagai bagian dari pengalaman hidup yang harus dinikmati, apa pun yang terjadi. Pernyataannya mencerminkan sikap iman yang menolak kekhawatiran berlebihan dan lebih menekankan pada penyerahan diri kepada kehendak Tuhan.

Ketika seseorang hanya berdoa untuk keselamatan dalam perjalanan, ada kecenderungan untuk menuntut kendali atas hasil akhir—bahwa kita harus tiba dengan selamat. Namun, Yakobus 4:15 menyatakan bahwa kita seharusnya berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Artinya, kita mengakui bahwa hidup ini berada di tangan Tuhan, dan apa pun yang terjadi dalam perjalanan—baik lancar atau penuh rintangan—tetap merupakan bagian dari kehendak-Nya.

Dari perspektif iman ini, menikmati perjalanan berarti mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan, alih-alih mengkhawatirkan hal-hal di luar kendali kita. Dengan demikian, doa sebelum perjalanan bukan hanya meminta keselamatan, tetapi juga meminta hati yang siap menerima dan menikmati setiap pengalaman dalam perjalanan itu sebagai bagian dari rencana Tuhan.

3. Mengapa Berserah Itu Penting?

Berserah kepada Tuhan dalam perjalanan bukan berarti kita pasrah begitu saja terhadap kemungkinan bahaya. Sebaliknya, berserah adalah sikap iman yang percaya bahwa apa pun yang terjadi, baik atau buruk, ada dalam kendali Tuhan.

Ada beberapa alasan mengapa berserah lebih penting daripada sekadar meminta keselamatan:

  1. Tuhan Berdaulat atas Hidup Kita

    • Amsal 16:9 (TB2) mengatakan, "Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya."
    • Ini berarti bahwa perjalanan kita, termasuk segala risiko yang ada, sudah berada dalam rencana Tuhan.
  2. Keselamatan Sejati Bukan dari Dunia Ini

    • Banyak orang, termasuk saya, yang hanya berfokus pada keselamatan fisik, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan sejati adalah dalam Kristus.
    • Bagian Roma 8:28-30, secara khusus menegaskan bagaimana Allah memanggil, membenarkan, dan memuliakan mereka yang dipilih-Nya. Ayat 29 menyatakan bahwa mereka yang dipilih-Nya akan dijadikan serupa dengan gambaran Kristus, menunjukkan bahwa keselamatan sejati bukan sekadar perlindungan fisik, tetapi transformasi rohani menuju keserupaan dengan Kristus. Ayat 30 menegaskan bahwa mereka yang dipanggil oleh Tuhan telah dibenarkan dan akhirnya akan dimuliakan dalam kemuliaan kekal. Dalam konteks doa sebelum perjalanan, Roma 8:28-30 mengajarkan bahwa keselamatan sejati bukan sekadar terhindar dari bahaya fisik, tetapi bahwa segala sesuatu yang terjadi—termasuk perjalanan kita—adalah bagian dari rencana Allah untuk membawa kita kepada kemuliaan-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa doa sebelum perjalanan bukan hanya tentang meminta perlindungan, tetapi juga mengakui bahwa setiap perjalanan, baik perjalanan hidup yang kita jalani secara fisik maupun perjalanan iman kita sebagai orang percaya, semuanya merupakan bagian dari proses pemuliaan dalam Kristus.

  3. Belajar Hidup dalam Damai

    • Jika kita selalu cemas tentang keselamatan kita di jalan, kita bisa kehilangan sukacita dalam perjalanan itu sendiri.
    • Filipi 4:6-7 mengajarkan kita untuk tidak kuatir, tetapi menyerahkan segala sesuatu dalam doa dengan ucapan syukur. Ayat ini menegaskan bahwa ketika kita akan melakukan perjalanan, kita tidak perlu dikuasai oleh rasa cemas tentang apa yang mungkin terjadi di jalan. Sebaliknya, kita dipanggil untuk menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan dan mempercayai rencana-Nya. Dengan demikian, kita bisa menikmati perjalanan dengan hati yang damai dan penuh syukur, bukan dengan ketakutan yang menghambat sukacita kita. Doa sebelum perjalanan bukan sekadar meminta perlindungan, tetapi juga mengizinkan Tuhan menanamkan ketenangan dalam hati kita sehingga kita dapat menikmati perjalanan dalam iman yang berserah kepada-Nya.

4. Bagaimana Kita Bisa Mempraktikkannya?

Jika kita ingin menerapkan prinsip ini dalam kehidupan kita, berikut adalah beberapa langkah praktis:

  • Tetap berdoa sebelum melakukan perjalanan, tetapi dengan fokus pada iman, sukacita, dan rasa syukur, bukan hanya selamat dalam perjalanan. Doa bukan sekadar meminta perlindungan, tetapi juga meminta hati yang siap menerima segala sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi dalam perjalanan kita.

  • Belajar menikmati perjalanan, baik dalam arti perjalanan fisik maupun perjalanan kehidupan.

  • Mempercayakan hidup kepada Tuhan, dengan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi, Tuhan tetap memegang kendali. Ini berarti kita tidak hanya berdoa agar terhindar dari bahaya, tetapi juga menerima setiap pengalaman perjalanan sebagai bagian dari rencana-Nya yang sempurna. Ketika kita berserah, kita mengizinkan Tuhan bekerja dalam segala hal, baik itu tantangan maupun sukacita, sehingga setiap langkah menjadi kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan mengalami pemeliharaan-Nya.

  • Membangun sikap syukur, karena setiap perjalanan adalah kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan menikmati penyertaan Tuhan.

Penutup

Doa sebelum perjalanan bukan hanya tentang meminta keselamatan, tetapi juga tentang belajar menikmati perjalanan dengan penuh kepercayaan dan syukur. Seperti yang dikatakan oleh Pdt. David Tong, doa bukan hanya agar kita terhindar dari bahaya, tetapi juga agar kita bisa berserah kepada Tuhan, mengizinkan-Nya bekerja dalam setiap pengalaman, dan menikmati setiap langkah dalam perjalanan hidup ini dengan damai dan iman yang teguh. Ketika kita berdoa dengan sikap hati yang benar, kita tidak hanya mengalami perlindungan Tuhan, tetapi juga mengalami damai sejahtera yang melampaui segala akal. Pada akhirnya, perjalanan hidup ini adalah milik Tuhan, dan tugas kita adalah menikmati serta menghidupi setiap momennya dengan iman dan syukur. 

👉  Konten ini dibuat berdasarkan ide dari penulis, dan dikembangkan menjadi sebuah artikel dengan berkolaborasi bersama Ai Chat-GPT, dan telah melalui proses editing oleh CXFranklin.

Tidak ada komentar