Beranda
CXF Youtube Playlist (NR)
Teknologi
Mengupas Revolusi AI Bersama Eric Schmidt
Juli 09, 2025

Mengupas Revolusi AI Bersama Eric Schmidt

Pada suatu sore di bulan April 2025, sorot lampu panggung TED talks menyorot dua figur yang tengah duduk bersisian: Eric Schmidt, mantan CEO Google dan otak di balik banyak lompatan teknologi besar, serta Bilawal Sidhu, pembawa acara TED AI Show yang dikenal dengan pemikirannya yang jernih dan penuh rasa ingin tahu. Mereka bukan sekadar berbincang tentang teknologi—mereka sedang membuka lembaran masa depan.

TEDTalks - Eric Schmidt

Bilawal memulai percakapan dengan sebuah pertanyaan reflektif. Ia menunjukkan sebuah foto dari tahun 2016—sebuah momen sunyi ketika dunia seolah bergeser, tapi kebanyakan orang tak menyadarinya. Foto itu merujuk pada pertandingan AlphaGo, di mana AI buatan DeepMind berhasil mengalahkan pemain Go kelas dunia. Go sendiri adalah permainan strategi asal Tiongkok yang telah dimainkan selama ribuan tahun dan terkenal karena kompleksitasnya yang luar biasa. Dalam salah satu pertandingan, AlphaGo membuat langkah ke-37 yang tidak ortodoks—langkah yang belum pernah terpikirkan oleh pemain manusia sebelumnya. Schmidt mengenang momen itu sebagai saat di mana AI menunjukkan potensi kreativitasnya yang belum pernah terjadi, dan dari sanalah, katanya, revolusi sebenarnya dimulai.

Namun, anehnya, menurut Schmidt, dunia masih belum cukup memperhatikannya. "AI justru terlalu diremehkan," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa bagi banyak orang, ChatGPT mungkin menjadi titik perkenalan dengan AI—sebuah sistem yang bisa menulis dan bicara dengan lancar. Tapi yang dilihat Schmidt jauh lebih dalam: AI kini bukan hanya bicara, tapi mulai berpikir strategis, merencanakan, dan bahkan mengambil alih proses yang sebelumnya hanya bisa dikerjakan manusia.

Schmidt menggambarkan masa depan yang dipenuhi "agen-agen digital": AI yang menjalankan tugas-tugas spesifik dan saling berbicara satu sama lain. Bahkan, mereka bisa saja menciptakan bahasa sendiri. Apa yang terjadi jika manusia tidak lagi memahami percakapan antar-AI? Saat itulah, katanya, manusia perlu berpikir ulang tentang kendali.

Isu energi pun mencuat. AI membutuhkan daya besar—dan dunia belum siap. Schmidt menyebut bahwa hanya untuk mendukung AI skala besar, Amerika bisa membutuhkan tambahan 90 gigawatt energi, setara 90 pembangkit listrik nuklir. Masalah lain: dunia kehabisan data berkualitas. Solusinya? Data buatan. Tapi bahkan itu pun belum menyentuh inti persoalan: apakah AI bisa menciptakan pengetahuan benar-benar baru?

Ketika percakapan menyentuh geopolitik, suasana menjadi tegang. Schmidt mengangkat skenario yang mengejutkan: bayangkan dua negara bersaing menciptakan super-AI. Yang satu hanya tertinggal enam bulan. Tapi dalam dunia AI yang didorong efek jaringan, enam bulan bisa berarti selamanya. Ketertinggalan bisa menimbulkan ketakutan, dan ketakutan bisa mendorong sabotase. Bahkan—dalam skenario ekstrem—serangan fisik ke pusat data.

Meski begitu, Schmidt menolak ide untuk menghentikan riset. Ia lebih memilih "pagar pembatas" yang jelas: larangan AI untuk berkembang di luar kendali manusia, akses terhadap senjata, atau kemampuan memperbanyak dirinya sendiri. Yang terpenting, semua aktivitas AI harus bisa dilihat dan dilacak. "Kalau AI mulai bicara dalam bahasa yang tak bisa kita pahami, kita harus siap mencabut kabelnya," katanya setengah bercanda.

Tapi di balik semua kekhawatiran itu, Schmidt punya mimpi besar. Ia membayangkan setiap anak di dunia punya guru pribadi dalam bahasa mereka sendiri. Ia ingin semua tenaga medis, bahkan di pelosok desa, bisa punya asisten digital yang andal. Ia ingin biaya uji klinis penyakit diturunkan drastis. Dan ia ingin AI membantu manusia menemukan misteri terdalam alam semesta: dark matter, dark energy, dan mungkin hukum fisika baru.

Sedikit konteks: dark matter (materi gelap) dan dark energy (energi gelap) adalah dua komponen kosmik misterius yang membentuk lebih dari 95% alam semesta—namun hingga kini tak bisa dilihat atau diukur secara langsung. Para ilmuwan tahu mereka ada karena efek gravitasinya, tapi belum bisa menjelaskan secara pasti apa itu sebenarnya. Kalau ini terdengar seperti plot film "Interstellar" atau "Guardians of the Galaxy", Anda tidak salah. Tapi Eric Schmidt bukan sedang menulis naskah film—ia benar-benar yakin AI bisa membantu membuka tabir terbesar dalam fisika modern.

Menjelang akhir, Bilawal bertanya: jika semua tugas ekonomi diambil alih AI, apa yang akan dilakukan manusia? Schmidt tersenyum. "Kita tetap akan punya pengacara, politisi, dan orang-orang tua yang mengeluh minta lebih banyak dari generasi muda," katanya.

Baginya, masa depan bukan soal digantikan AI, tapi soal memperbesar produktivitas manusia. Dalam skenario ideal, produktivitas bisa meningkat hingga 30% per tahun—angka yang tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah ekonomi dunia.

Schmidt menutup dengan nasihat yang sederhana tapi dalam: revolusi ini bukan sprint. Ini maraton. "My advice to you all is ride the wave, but ride it every day." Maksdunya, manfaatkan gelombang perubahan teknologi ini, tapi lakukan terus-menerus, jangan sesekali saja. 

Kalau ada ombak besar yang seru, jangan cuma berselancar sekali lalu duduk-duduk santai. Teruslah berselancar setiap hari, belajar terus. Kalau kamu berhenti, teman-temanmu sudah jauh meluncur ke depan!

Dengan kata lain, Eric Schmidt ingin bilang: jangan cuma kagum sesaat pada AI—pelajari, gunakan, dan terus berkembang bersamanya setiap hari, supaya tidak tertinggal oleh perubahan yang sangat cepat.

TED Talks itu sudah lalu, tapi dampaknya akan terus terasa. Schmidt tidak sedang meramal masa depan. Ia sedang menunjukkan bahwa masa depan itu sudah tiba.

Catatan Penulis:

Artikel ini merupakan saduran naratif berdasarkan video "The AI Revolution Is Underhyped" oleh Eric Schmidt, dipublikasikan oleh TED, TEDTalks AI.


Dukung perjalanan kami membangun literasi digital inklusif berbasis nilai—untuk Sulawesi Utara dan Indonesia. Donasi Anda bantu wujudkan konten cerdas, berdaya, dan membuka peluang kerja. KLIK DI SINI untuk berkontribusi. Terima kasih atas dukungan Anda!

Tidak ada komentar